Halaman

Kamis, 13 Agustus 2015

Tati Kunanti Di Desa Banjar

            Cerita Bersambung:
Oleh : Deddy S Dendyra C Esha                       
                                               Bagian Satu
                                                                               Siapa nama gadis itu ?
            Honda Jass warna merah silver mengkilat itu baru saja melintas berkecepatan sedang di kaki Gunung Tangkuban Perahu Bandung Utara, lalu berjalan perlahan kearah Jalan Panorama Pasar Lembang. Dapat dimaklumi semua kendaraan diarea jalan ini tumpah ruah bermacam kendaraan disamping keluar masuk para pembeli ke dalam Pasar tradisional itu. Aku yang baru saja selesai makan kupat tahu dipinggir jalan menuju pasar itu, sekejapan terkesiap melihat siapa pengendara mobil sedan yang melintas tadi.
            “ Ya,Allah, apakah mataku tak salah melihat pada pengendara sedan tadi ! Bukankah itu, eu …. ?” kataku spontan keluar. Namun entah bagaimana mendadak ingatanku lupa menyebut namanya.   “Yang dimaksud Aden yang didalam sedan merah tadi?” mendadak Mang Jali tukang kupat tahu itu menebak apa yang kupikirkan. “Benar Mang ! Sepertinya Mang tahu. Siapa dia?” tanyaku secepatnya. Mang Jali tersenyum seakan tahu apa yang dinginkanku lebih jauh terhadap gadis di sedan merah itu. Aku mendekat padanya agar nama yang siap disebutkan Mang Jali jelas terdengar. “ Gadis itu bernama Neng Tati. Kebetulan bila hari Sabtu pagi seperti sekarang ini, si Neng suka berkunjung ke Maribaya diarah sana itu,” tutur Mang Jali seraya menunjuk. “O,begitu. Apa selain hari Sabtu,dia suka juga berkunjung ketempat wisata itu, Mang?” tanyaku tergesa lagi. “Tidak juga, Den. Dia kesana bukan berwisata. Ia berkunjung ke sebuah Vila didekat lembah Maribaya itu !” Mang Jali menjelaskan. Sesaat kemudian ia pamit dariku ketika beberapa pembeli kupat tahu memanggilnya. Selesai mengucapkan terimakasih, aku langsung menghidupkan motor berencana mengejar Tati. “Aku ingin yakin, apa dia Tati sahabatku yang lima belas tahun tak temu atau bukan?” tanyaku dalam hati.
            Diperjalanan kearah Kota Bandung, belum juga sampai di Kampung Cidadap, mendadak jalanan macet. Sekejapan aku kesal dan emosi tanpa sebab disaat penting memburu orang, tiba-tiba ada gangguan diperjalanan. Brengsek ! Terjadi tabrakkan atau memang ini macet karena para pejabat dinas pemerintahan mau malam mingguan dengan Wanita idaman lain di hotel-hotel Bandung Utara? Desisku spontan terucap. Dugaanku ternyata tak berlebihan selain mobil rentalan yang ditumpangi pejabat memasuki beberapa hotel sepanjang jalan Bandung Utara, penyebab lainnya Polisi-polisi setempat sedang melakukan razia pada beberapa kendaraan, tepat diruas jalan yang membelok. Kataku, pengendara yang tak biasa melewati jalan ini, mana tahu ada razia di tempat ini. Pintar juga polisi menjebak pengendara dijalur ini dan yang kena tidak hanya motor, tapi  kendaraan mobilpun tak luput dari razia gabungan ini. Hampir duapuluh menitan terjebak kemacetan, aku telah memasuki Terminal Ledeng. Tapi terlalu masuk kedalam , aku menepi dipinggir terminal sejajar dengan pedagang kaki lima yang berjualan mie ayam.

Sejenak beberapa mobil berjenis sedan kuperhatikan, namun luput sedan yang kuburu tadi sudah tak ada diarea setempat. Keringat dibadan mulai membasahi pakaian dinasku, sementara mesin motor tetap hidup. Merasa buruanku sudah tak ada harapan didapat, dengan gerak malas, kaki kiriku berencana mengoper gigi satu,maksudku mau melaju kearah Buah Batu tempat kosku. Namun tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara memanggil namaku. Suara itu tak jelas terdengar, karena panggilan itu berbaur dengan deru mesin kendaraan yang lalulalang disamping klakson berbunyi nyaring dan kadang tersapu angin serta debu jalanan yang bertiup tanpa arah. Secepatnya aku menoleh kearah panggilan tadi. [ Bersambung ke Edisi pekan depan ].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar